Dialog Dengan JT : Berkah Da’wah Salafiyyah Kepada Tauhid
Jalan-jalan
dan berkunjunglah antum ke Ma’had An-Nuur Al Atsary di Ciamis, kemudian
tanyakan kepada para ustadz dan santri di sana, -yang dengan izin dan
pertolongan dari Allah- sudah berapa banyak pendeta yang berhasil mereka
islamkan? Berapa banyak dari kaum muslimin yang dulunya murtad yang
dengan izin dan pertolongan dari Allah kemudian dengan usaha tak kenal
lelah dari para ustadz dan santri, mereka berhasil dikembalikan ke
pangkuan Islam. Tanyakanlah ke penduduk kampung Selok Joro dan Kampung
Laut, melalui tangan siapakah Allah kembalikan mereka kepada Islam
setelah sebelumnya mereka Murtad? Tanyakanlah kepada mereka?
Kalau
kalian mencari bukti lain berkah da’wah salafiyyah, maka tengoklah
Kerajaan Saudi Arabia, sebuah negara yang berdiri di atas pondasi
Tauhid, sunnah dida’wahkan, hukum had ditegakkan, meskipun kita tidak
bisa mengatakan Saudi seperti negara yang dipimpin oleh Abu Bakar dan
Umar, tapi adakah satu negara yang semisal Saudi saat ini. Jadi bukan
satu keluarga atau satu kota tapi satu negara hidup tenang dan damai di
bawah naungan panji-panji Tauhid dan Sunnah. Kita tidak mengatakan bahwa
Saudi adalah negara yang semisal dengan negaranya Umar bin Abdul Aziz,
di Saudi juga ada pencurian, ada perzinaan dan berbagai macam maksit dan
bid’ah tapi para ulama tidak tinggal diam mereka berda’wah dan
mengingatkan umat akan bahayanya maksiat dan bid’ah dan adakah kalian
melihat negara yang semisal dengan Saudi Arabia sekarang yang melahirkan
ulama-ulama besar yang kalian juga akui kebesaran dan keilmuan mereka
seperti Asy Syaikh Bin Baz[1],
Asy Syaikh Utsaimin dan Asy Syaikh Al Albany ataupu Asy Syaikh Muqbil
dan banyak lagi, yang ingat bahwa mereka semua menisbatkan diri sebagai Salafy.
Dan mereka semua telah berfatwa akan sesatnya Jama’ah Tabligh. Adakah
kondisi yang sedemikian itu kalian jumpai di kota raya kalian di India,
Pakistan atau Bangladesh yang seakan-akan kalian lebih muliakan melebihi
dua tanah haram, Mekkah dan Madinah.
-------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------
[1]
Bahkan si JT Zakariyya mengatakan beliau (syaikh bin baz) adalah ulama
suci karena adanya fatwa beliau yang membolehkan khuruj bersama JT yang
fatwa tersebut beliau keluarkan sebelum mengetahui keadaan dan kondisi
JT, Fatwa tersebut kemudian di ikuti oleh fatwa beliau berikutnya, di
antara perkataan beliau,” Adapun jama’ah
(firqah) Tabligh yang terkenal dari India itu, di dalamnya terdapat
khurafat-khurafat, bid’ah-bid’ah dan kesyirikan-kesyirikan. Maka tidak
boleh khuruj (keluar) bersama mereka. Kecuali kalau ada ulama yang ikut
bersama mereka untuk mengajari mereka dan menyadarkan mereka, maka ini
tidak mengapa. Insya-Allah akan datang pada tulisan-tulisan tentang
fatwa para ulama mengenai JT
http://aboeshafiyyah.wordpress.com/
Dialog Dengan JT : Muhammad Ilyas “Semedi” di Kuburan
STI
: yang terakhir, antum tahu nggak apa artinya nyembah, apa menurut
antum yang namanya nyembah itu hanya rukuk atau sujud depan berhala,
kemenyan atau shalat dikubur. Bukankah ana dah sebutkan makna ibadah
sebelumnya, sekarang jawab pertanyaan ana lantas apa kiranya yang
dilakukan oleh Muhammad Ilyas dengan duduk manis di sisi kubur Abdul
Quddus Al Kankuhi dalam suatu ritual muraqabah Jistiyyah atau apa yang dilakukannya dengan duduk I’tiqaf bersemedi sisi makam Nur Muhammad Al Badayuni?[1]
JT : (dengan nada tinggi) jangan asal nuduh mana buktinya, emang salafy kerjanya tukang fitnah.
STI : sabar akhi, kalau antum gak percaya antum baca kitab Jama’ah Tabligh tulisan Mayyan Muhammad Aslam,
atau kalau antum enggan untuk membacanya, karena menurut antum itu
semua buang-buang waktu atau itu semua hanyalah fitnah, maka antum
pulang dan bertanya kepada ‘ulama’ kalian yang kalian gelari ‘Maulana’
jangan yang baru antum panggil syaikh tapi cari pemimpin kalian yang
selevel dengan In’am Hasan kemudian mintalah dia bersumpah atas nama
Allah yang jika ia berkata dusta maka wajib bagi Allah memasukkannya ke
neraka, kemudian tanyalah bahwa apakah benar Muhammad Ilyas melakukan
yang saya sebutkan di atas?
JT : anggaplah begitu, tapi kan bukan berarti beliau menyembahnya, antum jangan asal nuduh.
STI
: Taruhlah begitu, maka mari saya sampaikan sebuah kisah yang terjadi
dizaman Tabi’in, saat itu ada seorang yang datang ke sisi kuburannya
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla (bukan berdoa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam),
tapi ia didatangi oleh Ali Zainal ‘Abidin yang melarang dan
mengingkarinya dengan keras kemudian beliau berkata, “maukah kau saya
sampaikan sebuah hadits yang aku dengar dari bapakku (Husain bin ‘Ali)
dari kakekku (‘Ali bin Abu Thalib) bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “jangalah kalian menjadikan kuburanku sebagai I’ed !!!!
Nah
bagaimana kira-kira sikap ‘Ali bin Husain bin ‘Ali jika ia melihat
perbuatan Muhammad Ilyas yang duduk manis di sisi kubur orang yang
mengakui dan berkeyakinan serta telah dikuasai pemikiran wihdatul wujud semisal ‘Abdul Quddus Al Kankuhi. Dan bagaimana kiranya pendapat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
melihat orang yang menjadikan kuburan sebagai mesjid atau tempat ibadah
dan di Mesjid yang jadi markaz kalian di India sebagaimana persaksian
Syaikh Rabi’ terdapat empat buah kuburan di dalamnya. Dan inilah Syaikh
bin Baz, yang disebut ulama suci oleh sebagian dari kalian memfatwakan
tidak sahnya shalat di dalam mesjid yang ada kuburannya, fatwa beliau
tersebut di amini oleh semua ‘ulama.
------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
[1] Lihat buku Mengenal Tokoh Tokoh Ikhwanul Muslimin terbitan Cahaya Tauhid Press hal 312
Dialog Dengan JT : Jika Hatinya Baik Maka Amalannya Pasti Baik
STI
: adapun soal keyakinan maka benar, itu tempatnya dalam hati, tapi
perbuatan seseorang melambangkan apa yang terdapat dalam hatinya.
Bukankah kalian sendiri yang berdalil akan hadits bahwa barangsiapa yang
bolak-balik ke mesjid maka saksikanlah bahwa dia orang beriman dan
bukankah antum sendiri yang berkata bahwa amal berbanding lurus dengan
iman [1],
padahal bisa saja orang yang bolak-balik ke mesjid itu adalah orang
munafik untuk menipu orang atau dia melakukannya hanya karena riya. Jadi
kalau ada orang yang mengenakan jimat bahkan masih datang ke dukun,
maka akankah kita masih mengatakan bahwa ia orangnya itu bertauhid
dengan tauhid yang sempurna. Pernyataan antum gak ada bedanya dengan
pernyataan banyak kaum wanita yang mempertontonkan dada dan pahanya,
ketika di tegur, mereka berkata yang penting hatinya baik. adakah kalian
akan mengatakan bahwa benar tawwa, yang penting hatinya, sementara kita
tidak tahu apa isi hati seseorang. Maka ini sungguh adalah bencana.
Para
ulama mengatakan, jikalau hatinya baik maka niscaya perbuatannya juga
pasti baik. jika iman dalam dadanya benar-benar mentauhidkan Allah Azza wa Jalla
niscaya dia tidak akan datang ke dukun atau mengenakan jimat-jimat.
Tapi kalian jangan salah paham lagi, dengan mengatakan bahwa salafy
menuduh orang yang berbuat dosa besar bukan sebagai orang yang beriman,
karena termasuk inti keyakinan salafiyyun ahlus sunnah wal jama’ah
adalah tidak mengkafirkan ahli kiblat karena dosa besar yang mereka
perbuat, hanya saja dikatakan bahwa imannya lemah atau kurang dan adapun
di hari kiamat urusannya terserah kepada Allah Rabbul ‘alamin.
-----------------------------------------
-----------------------------------------
[1] Lihat buku SVJT halaman 19
http://aboeshafiyyah.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar